PENGARUH CAMPURAN LIMBAH BETON DAUR ULANG DAN SEMEN POZZOLAN TERHADAP KUAT TEKAN BETON
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beton adalah bahan bangunan yang paling umum di dunia.
Selain itu, permintaan akan infrastruktur baru meningkat seiring bertambahnya
populasi diseluruh dunia meningkat. Beton terbuat dari sumber daya alam dalam bentuk
agregat, karena permintaan beton struktur semakin meningkat mengakibatkan
ketersediaan bahan di alam semakin terbatas. Agregat alami sangat jarang
diperoleh di lingkungan perkotaan sehingga menambah jarak antara sumber agregat
alam dan lokasi konstruksi. Proses penambangan batu untuk keperluan pembuatan
beton dapat merusak lingkungan alam dan polusi udara karena menghasilkan debu.
Mengingat kerusakan alam yang dapat ditimbulkan maka
perlu dilakukan pengolahan sampah dan limbah termasuk dalam upaya menjaga
kelestarian lingkungan dan menjadi sebuah isi yang semakin penting alam
masyarakat saat ini. Akibatnya, sekarang terdapat konsep baru untuk pengolahan
limbah yaitu dari sumber sisa sebagai masalah menjadi peluang untuk menjaga
kelestarian alam. Dikarenakan masalah tersebut sangat penting, maka pembongkaran
konstruksi limbah biasanya digunakan sebagai agregat beton baru. Meningkatnya
timbunan limbah merupakan alasan penggunaan bahan limbah konstruksi sebagai
sumber agregat. Dengan beton merupakan salah satu limbah utamanya dan dapat
menjadi agregat yang disebut Recycled Agregate Concrete (RAC) sebagai
produk sampingannya. RAC ini akan digunakan sebagai agregat halus dalam
pembuatan beton dan agregat halus akan ditambahkan pasir pozzolan (Pz).
Berdasarkan artikel pada SerambiNews,
Aceh telah mengekspor Pz ke Bangladesh dan Sri Lanka. Dengan karakteristik yang
dimiliki Pz dan harga yang terjangkau maka penggunaan Pz sebagai agregat halus
campuran beton menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan mutu beton. Pz
memberikan pengaruh terhadap kuat tekan papercrete (beton kertas),
peningkatan penggunaan Pz dengan varasi yang berbeda dapat menyebabkan
penurunan berat volume dan berat jenis pada umur beton 28 hari. Beton kertas
yang dihasilkan dengan 70% Pz dapat dikategorikan sebagai beton ringan dengan
kekuatan menengah. Pz juga telah digunakan untuk pembuatan mortar sebagai
pengganti sebagian semen komposit, dengan peningkatan kuat tekan mortar hingga
11,25 MPa pada 20% penggunaan Pz. Penelitian - penelitian sebelumnya tentang Pz
sebagai agregat halus, menyebutkan bahwa penggunaan Pz sebagai agregat halus
dapat meningkatkan kuat tekan beton sehingga pada persentase yang sesuai dapat
menghasilkan beton dengan nilai kuat tekan yang diharapkan.
1.2 Perumusan
Masalah
Bardasarkan penelitian sebelumnya, maka dirumuskan
beberapa permasalahan penelitian sebagai berikut:
a.
Pengaruh limbah beton daur ulang dan pasir
pozzolan terhadap kuat tekan
a.
Pengaruh limbah beton daur ulang dan pasir
pozzolan sebagai agregat halus terhadap kuat tekan beton dengan persentase RAC
: Pz adalah 25% : 75% ; 50% : 50% dan 75% : 25% untuk masing-masing campuran.
b.
Campuran yang paling optimum adalah
campuran yang menghasilkan beton dengan nilai kuat tekan yang tinggi.
1.3 Tujuan
dan Manfaat Penelitian
Dengan latar belakang yang telah disebutkan diatas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
- Mengetahui pengaruh pencampuran limbah daur ulang beton dan pasir pozzolan terhadap kuat tekan beton normal.
- Mengetahui campuran persentase optimum yang digunakan untuk pembuatan beton dari 3 jenis campuran dengan persentase RAC : Pz adalah 25% : 75% ; 50% : 50% dan 75% : 25% untuk masing-masing campuran.
Adapun manfaat dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
- Dapat mengurangi dampak lingkungan akibat
eksploitasi alam dengan penggunaan limbah konstruksi sebagai agregat halus pada
beton normal.
- Menambah nilai guna limbah konstruksi
sebagai bahan agregat halus beton normal.
- Menjadi referensi desain campuran yang
optimum untuk beton menggunakan agregat halus limbah daur ulang dan pasir
pozzolan dengan persentase RAC : Pz adalah 25% : 75% ; 50% : 50% dan 75% : 25%
untuk masing-masing campuran.
1.4 Rencana
Metodologi Penelitian
Berdasarkan latar belakang, tujuan
dan manfaat, penelitian ini akan mengkaji kuat tekan beton dengan campuran
agregat halus dengan persentase RAC : Pz adalah 25% : 75% ; 50% : 50% dan 75% :
25%. Benda uji akan dibuat berbentuk silinder dengan standar SNI-T-15-1990-03
dan kuat tekan yang direncanakan sebesar 25 MPa. Kemudian adukan beton akan
diuji slump dengan nilai slump yang digunakan yaitu 7,5-10 cm dan
pengujian dilakukan pada usia beton 7 dan 28 hari.
1.5 Lingkup
Penelitian
Penelitian ini meliputi pekerjaan
persiapan bahan dan alat, perencanaan dan pemeriksaan adukan beton, pembuatan
dan perawatan benda uji, pengujian tekan benda uji dan pengambilan data kuat
tekan beton. Nilai slump yang digunakan yaitu 7,5-10 cm.
1.6 Target
Hasil Penelitian
Penelitian ini
diharapkan dapat menjadi referensi penggunaan RAC dan Pz pada beton normal dan
juga diharapkan dapat mengurangi penggunaan bahan yang bersumber dari alam yang
berpotensi merusak alam tersebut.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Beton
2.1.1 Beton Segar
Kosmatka, Kerkhoff, dan Panarese,
(2003) juga menyatakan bahwa beton segar yang baik adalah beton segar yang
dapat diaduk, dapat diangkut, dapat dituang, dapat dipadatkan, tidak ada
kecenderungan untuk terjadi segregasi (pemisahan kerikil dari adukan) maupun
bleeding (pemisahan air dan semen dari adukan). Hal ini karena segregasi maupun
bleeding mengakibatkan beton yang diperoleh akan jelek. Beton (beton keras)
yang baik adalah beton yang kuat, tahan lama/awet, kedap air, tahan aus, dan
sedikit mengalami perubahan volume (kembang susutnya kecil). Pada tiap-tiap pengolahan
beton segar ini sangat diperhatikan agar bahan-bahan campuran tetap kompak dan
tercampur merata dalam seluruh adukan. Sifat pada beton segar perlu diketahui
karena dapat mempengaruhi kualitas dari beton yang sudah mengeras. Penanganan
pada waktu beton masih segar sangat diperlukan karena sifat beton segar sangat
mempengaruhi kerasnya beton. Maka dari itu beton segar perlu dilakukan beberapa
pengujian, agar beton yang mengeras memliki sifat yang diharapkan.
2.1.2 Sifat Fisik Beton Segar
Sifat fisik beton
segar adalah kemuduhan pengerjaan (workabilitas), pemisahan kerikil (segregation)
dan pemisahan air (bleeding).
1.
Workability
Salah satu sifat beton sebelum mengeras (beton segar)
adalah kemudahan pengerjaan (workability). Workability adalah
tingkat kemudahan pengerjaan beton dalam mencampur, mengaduk, menuang dalam
cetakan dan pemadatan tanpa homogenitas beton berkurang dan beton tidak
mengalami bleeding (pemisahan) yang berlebihan untuk mencapai kekuatan beton
yang diinginkan.
Workability akan lebih
jelas pengertiannya dengan adanya sifat-sifat berikut:
a.
Mobility adalah kemudahan
adukan beton untuk mengalir dalam cetakan.
b.
Stability adalah kemampuan
adukan beton untuk selalu tetap homogen, selalu mengikat (koheren), dan tidak
mengalami pemisahan butiran (segregasi dan bleeding).
c.
Compactibility adalah kemudahan
adukan beton untuk dipadatkan sehingga rongga-rongga udara dapat berkurang.
d.
Finishibility adalah kemudahan
adukan beton untuk mencapai tahap akhir yaitu mengeras dengan kondisi yang
baik.
Unsur-unsur yang mempengaruhi sifat workability antara lain:
a.
Jumlah air yang digunakan dalam
campuran adukan beton. Semakin banyak air yang digunakan, maka beton segar
semakin mudah dikerjakan.
b.
Penambahan semen ke dalam
campuran juga akan memudahkan cara pengerjaan adukan betonnya, karena pasti
diikuti dengan bertambahnya air campuran untuk memperoleh nilai fas tetap.
c.
Gradasi campuran pasir dan
kerikil. Bila campuran pasir dan kerikil mengikuti gradasi yang telah
disarankan oleh peraturan, maka adukan beton akan mudah dikerjakan.
d.
Pemakaian butir-butir batuan
yang bulat mempermudah cara pengerjaan beton.
e.
Pemakaian butir maksimum
kerikil yang dipakai juga berpengaruh terhadap tingkat kemudahan dikerjakan.
f.
Cara pemadatan adukan beton
menentukan sifat pengerjaan yang berbeda. Bila cara pemadatan dilakukan dengan
alat getar maka diperlukan tingkat kelecakan yang berbeda, sehingga diperlukan
jumlah air yang lebih sedikit daripada jika dipadatkan dengan tangan
2.
Segregasi
Kosmatka, Kerhkoff dan Panarese (2003) menyebutkan salah
satu hal penting untuk meningkatkan kemapuan kerja beton adalah segregasi,
beton harus mampu saling terikat antara satu bahan dengan bahan lainnya dan
tidak boleh terpisah selamana penanganan. kecenderungan terlepasnya agregat
kasar dan halus dari campuran beton dinamakan segregasi. Hal ini akan
menyebabkan sarang kerikil pada beton akhirnya akan menyebabkan keropos pada
beton. Segregasi ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
a.
Campuran kurus dan kurang semen
b.
Terlalu banyak air
c.
Ukuran maksimum agregat lebih
dari 40 mm
d.
Permukaan butir agregat kasar
yang terlalu kasar
Kecenderungan terjadinya segresi ini dapat dicegah jika:
a.
Tinggi jatuh diperpendek
b.
Penggunaan air sesuai dengan
syarat
c.
Cukup ruangan antara batang
tulangan dengan acuan
d.
Ukuran agregat sesuai dengan
syarat
e.
Pemadatan baik
3.
Bleeding
Bleeding adalah pengeluaran air dari adukan beton yang
disebabkan oleh pelepasan air dari pasta semen. Sesaat setelah dicetak, air
yang terkandung di dalam beton segar cenderung untuk naik ke permukaan. Akibat
dari peristiwa ini:
a.
Bagian atas lapis terlalu
basah, yang akan menghasilkan beton berpori dan lemah.
b.
Air naik membawa serta
bagian-bagian inert dan semen yang membentuk lapis buih semen (laintace)
pada muka lapis (merintangi lekatan pada lapis kemudian, maka harus
dihilangkan).
c.
Air dapat berkumpul dalam-dalam
krikil-krikil dan baja tulangan horizontal, hingga menimbulkan rongga-rongga
besar.
Cara mengurangi bleeding digunakan cara sebagai berikut:
a.
Jumlah air campuran yang tidak
melebihi kebutuhan untuk mencapai workability.
b.
Campuran dengan semen lebih
banyak.
c.
Jenis semen yang butir-butirnya
lebih halus.
d.
Bahan batuan bergradasi lebih
baik.
e.
Pasir alam yang agak
bulat-bulat dengan persentase butir halus lebih besar.
f.
Zat tambah guna perbaikan
gradasi bahan batuan (terkadang digunakan bubuk Aluminium, yang menyebabkan
pengembangan sedikit pastanya, guna mengimbangi susut oleh pengeluaran air).
2.2 Kekuatan Beton
Ajagbe, Tijani dan Agbede (2018) juga menyatakan kekuatan tekan merupakan salah satu kinerja utama beton. Kekuatan tekan adalah kemampuan beton untuk dapat menerima gaya per satuan luas. Nilai kekuatan beton diketahui dengan melakukan pengujian kuat tekan terhadap benda uji silinder ataupun kubus pada umur 28 hari yang dibebani dengan gaya tekan sampai mencapai beban maksimum. Beban maksimum didapat dari pengujian dengan menggunakan alat compression testing machine.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mutu dari kekuatan beton,
yaitu:
a.
Faktor air semen (FAS) merupakan
perbandingan antara jumlah air terhadap jumlah semen dalam suatu campuran
beton. Fungsi FAS, yaitu:
1. Untuk memungkinkan reaksi kimia
yang menyebabkan pengikatan dan berlangsungnya pengerasan.
2.
Memberikan kemudahan dalam
pengerjaan beton (workability)
Semakin tinggi nilai FAS, mengakibatkan penurunan mutu
kekuatan beton. Namun nilai FAS yang semakin rendah tidak selalu berarti bahwa
kekuatan beton semakin tinggi. Umumnya nilai FAS yang diberikan minimum 0,4 dan
maksimum 0,65, Wallah dan Winda (2015) menyebutkan bahwa optimum nilai FAS
adalah pada 0,4 dan 0,5.
b.
Sifat agregat Sifat-sifat
agregat sangat berpengaruh pada mutu campuran beton. Adapun sifat-sifat agregat
yang perlu diperhatikan seperti, serapan air, kadar air agregat, berat jenis,
gradasi agregat, modulus halus butir, kekekalan agregat, kekasaran dan
kekerasan agregat.
c.
Proporsi semen dan jenis semen
yang digunakan Berhubungan dengan perbandingan jumlah semen yang digunakan saat
pembuatan mix design dan jenis semen yang digunakan berdasarkan peruntukkan
beton yang akan dibuat. Penentuan jenis semen yang digunakan mengacu pada
tempat dimana struktur bangunan yang menggunakan material beton tersebut
dibuat, serta pada kebutuhan perencanaan apakah pada saat proses pengecoran
membutuhkan kekuatan awal yang tinggi atau normal.
d.
Bahan tambah Bahan tambah
(additive) ditambahkan pada saat pengadukan dilaksanakan. Bahan tambah
(additive) lebih banyak digunakan untuk penyemenan (cementitious), jadi
digunakan untuk perbaikan kinerja. Menurut standar ASTM C 494/C494M – 05a,
jenis bahan tambah kimia dibedakan menjadi tujuh tipe, yaitu:
a.
water reducing admixtures
b.
retarding admixtures
c.
accelerating admixtures
d.
water reducing and retarding
admixtures
e.
water reducing and
accelerating admixtures
f.
water reducing and high range admixtures
g.
water reducing, high range
and retarding admixtures
2.2.1 Bahan Pembentuk Beton
Shetty (2019) bahan-bahan pembentuk beton yaitu semen, agregat (agregat kasar dan halus) dan air. Semen telah lama digunakan oleh bangsa Mesir, Romawi dan India untk kunstruksi mereka. Dahulu penyemenan menggunakan gypsum yang dibakar, kemudian bangsa Yunani menggunakan aku vulkanik yang dicampur dengan batu kapur dan pasir menghasilkan mortar dengan kekuatan dan daya tahan yang lebih baik. Abu vulkanik mengandung silika atau biasa disebut pozzolana. John Smeaton (1756), akhirnya menyimpulkan bahwa campuran batu kapur dan pozzolan memiliki kandungan tanah liat yang dapat meningkatkan sifat mortar sehingga penggunaan material ini popular untuk waktu yang lama. Jenis semen ini digunakan sampai tahun 1850 hingga akhirnya tergantikan oleh semen portland. Dalam ASTM (American Society for Testing Materials) semen diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Tipe I: digunakan pada sebagian konstruksi umum (Ordinary Portlan Cement)
b. Tipe II: digunakan pada konstruksi umum yang terkena reaksi sulfat dan panas hidrasi sedang.
c. Tipe III: digunakan pada kekuatan awal yang tinggi diperlukan (Rapid Hardening Cement)
d. Tipe IV: digunakan ketika hidrasi panas rendah diperlukan (Low Heat Cement)
e. Tipe V: digunakan ketika ketahanan sulfat tinggi diperlukan (Sulphate Resisting Cement)
Ordinary Portland Cement (OPC) diklasifikasikan menjadi tiga kelas berdasarkan kekuatan semen pada hari 28 usia semen pengujian. Jika kekuatan semen < 33 N/mm2 maka grade sement tersebut adalah grade 33, jika < 43 N/mm2 disebut grade 43 dan jika <453 N/mm2 disebut grade 53.
Agregat merupakan bahan penting untuk penyusunan beton, pengisi beton serta untuk mengurasi penyusutan. 70-80 % volume beton diisi oleh agregat, hal itu berpengaruh terhadap karakteristik dan sifat beton. Oleh karena itu agregat memiliki peranan enting untuk menuntukan kekuatan beton yang dihasilkan. agregat dikategorikan menjad dua jenis yaitu agregat alam dan agregat buatan. Pasir dan bebatuan merupan agregat yang berasal dari alam, sedangkan limbah bangunan dan fly ash adalah agregat buatan. agregat juga dapat dikategorikan berdasarkan ukurannya. agregat dengan ukuran <4,75 mm disebut agregat halus dan jika ukurannya >4,75 mm maka disebut agregat kasar. Selain itu, bentuk agregat adalah karakteristik yang penting yang berpengaruh terhadap workability beton. sangat sulit untuk mengukur bentuk yang tidak beraturan dari bebatuan sebagai agregat beton. bentuk agregat juga sangat dipengaruhi oleh crusher dan rasio reduksi material.
Agregat yang digunakan untuk penyusun beton normalnya berukuran maksimum 80 mm, 40 mm, 20 mm, 10 mm, 4,75 mm, 2,36 mm, 600 mikron, 300 mikron dan 150 mikron. ppecahan agregat dengan ukuran 80 – 4,75 mm merupakan agregat kasar dan pecahan agregat berukuran 4,75 mm - 150 mikron merupakan agregat halus. Penyeragaman ukuran agregat dilakukan dengan sieving yaitu penyaringan dengan grade tertentu untuk menghasilkan ukuran agregat yang dibutuhkan.
Air adalah bahan yang sangat penting untuk mrmberikan reaksi kima pada semen secara aktif dan membantu untuk membentuk kekuatan gel semen, sehingga kualitas dan kuantitas air harus sangat diperhatikan dalam pembutan beton. Air minum biasanya cocok untuk pembuatan beton, spisifikasi air untuk pembuatan beton dapat dilhat dari pH air. Apabila pH antara 6 dan 8 dan air tersebut terbebas dari pengotor organik maka air tersebut dapat digunakan. Terkadang air tidak sesuai untuk pembuatan beton, sehingga kualitaas air harus diperiksa.
2.2.2 Analisa Saringan
Menurut (Malewski, 2017), analisa saringan merupakan cara paling umum yang digunakan untuk menentukan distribusi ukuran agregat. Kualitas penyaringan ditentukan oleh efisiensi pemisahan pada tiap saringan. Efektivitas pemisahan tergantung pada beberapa faktor seperti beban ayakan, ukuran sampel, amplitudo dan frekuensi getaran alat ayakan. Pengukuran ukuran butiran agregat dilakukan dengan alat ayakan yang ukurannya sudah ditentukan (Tjokrodimuljo, 2010).
Fineness Modulus (modulus kehalusan) agregat adalah angka empiris yang diperoleh dengan menjumlahkan total persentase sampel yang tertahan pada setiap saringan dan membaginya dengan 100. Analisa saringan akan menunjukkan modulus kehalusan untuk kerikil dan pasir. Berdasarkan SNI-T-15-1990-03 membagi 4 jenis pasir yaitu pasir kasar, pasir tengah, pasir ringan dan pasir halus (Hamdani). Mulyono (2004) pada umumnya agregat halus mempeunyai kehalusan 1,50-3,80 sedangkan kerikil kehalusan 5-8. Dengan menganalisa Analisa saringan tersebut dapat diketahui apakah agregat tersebut merupakan material yang baik untuk pembentuk beton, yang syaratkan sesuai dengan pembagian daerah susunan butiran pada (SK.SNI T-15-1990-03) yang tercantum pada gambar 2.1.
Susunan butiran terdiri dari 4 daerah susunanan yaitu:
(1) Daerah yang tidak baik, juga di perlukan terlalu banyak semen dan air.
(2) Daerah baik, teatpi diperlukan lebih banyak semen dan air.
(3) Daerah yang sangat baik
(4) Daerah tidak baik untuk susunan diskontinu.
Untuk mendapatkan daerah
susunan agregat campuran dengan cara mengabungkan agregat kasar dan agregat
halus, sehingga dapat ‘dilihat susunan agregat yang di teliti, untuk mendapatkan
susunan agregat yang baik dilakukan beberapa kali campuran karna gradasi yang
baik sangat dulit untuk di dapatkan.
2.3 Sifat-Sifat Fisis Agregat
Agregat menempati kira-kira 70% volume beton,
sebagai bahan pengisi agregat sangat berpengaruh terhadap kekuatan beton
sehingga pemilihan agregat meruapakan suatu bagian penting dalam pembuatan
beton.
2.3.1 Kadar Air
Agregat akan menyerap sejumlah air tergantung
pada porositasnya. Kadar air dihitung pada agregat dalam keadaan kering,
permukaannya kering atau saat basah. Kadar air bebas adalah kadar air total
yang terserap permukaan agregat yang tertahan pada partikel agregat.
Kadar air sangat mudah dilakukan
dengan metode pengeringan. Hal ini dilakukan dengan mengukur penurunan berat
agregat sebelum dan sesudah pengeringan dalam oven.
2.3.2 Berat Jenis dan Absorsi
Dalam pembuatan beton, berat jenis agregat
digunakan untuk mendesain perhitungan campuran beton. Dengan mengetahui berat
jenis semua bahan maka beratnya dapat dikonversikan ke volume padat dan dapat
dihitung berat isi agregat. Berat jenis agregat juga diperlukan untuk
menghitung faktor pemadatan sehubungan dengan pengukuran workability beton.
Hal ini juga sejalan dengan berat dan ringan beton yang akan dibuat. Rata-rata
berat jenis batu pecah yang disarankan (Troxell, 1968) berkisar antara 2,5-2,8
dan untuk pasir 2,0-2,6.
Absorbsi adalah persentase perbandingan antara berat air yang diserap
agregat pada keadaan jenuh air kering permukaan terhadap berat agregat dalam keadaan
kering oven.
2.3.3 Berat Isi dan Porositas
Berat isi menunjukkan seberapa padat agregat
saat mengisi volume beton. Kepadatan ini tergantung pada ukuran dan bentuk
partikel. Semakin tinggi nilai kepadatan maka semakin rendah kandungan rongga
yang akan diisi semen dan pasir. Agregat dengan rongga yang minimum atau dengan
kepadatan yang tinggi dipilih sebagai agregat yang tepat untuk membuat campuran
beton. Menentukan berat isi diperlukan untuk menentukan rongga kosong dalam
agregat.
Untuk menentukan berat isi, agregat
diisi kedalam wadah dan kemudian dipadatkan dengan cara yang standar. Berat
agregat memberikan perhitungan berat isi dalam satuan kg/L atau kg/m3.
Berat isi
agregat berdasarkan ketentuan yang disarankan oleh Orchard (1979) yang baik
>1,445 kg/L dan menurut Troxell (1968) untuk agregat kasar >1,560 kg/L
dan untuk pasir >1,400 kg/L.
2.4 Pengujian Kuat Tekan Beton
Ayub, Khan dan Memon (2014) menyatakan bahwa performa
beton dapat diukur dari sifat mekaniknya yang meliputi penyusutan, kuat tekan,
kuat tarik dan modulus elastisitas. Namun, kuat tekan beton adalah
karakteristik yang paling utama dan dapat diasumsikan bahwa dengan meningkatnya
nilai kuat tekan beton maka akan meningkatkan juga sifat mekanik beton
tersebut. menyebutkan bahwa kekuatan beton yang dihasilkan dipengaruhi oleh:
a.
Rasio semen terhadap air
b.
Rasio semen terhadap agregat
c.
Grading, tekstur permukaan,
bentuk, kekuatan dari partikel agregat
d.
Ukuran maksimum agregat
Pemeriksaan kuat tekan beton dilakukan untuk mengetahui kekuatan
tekan beton yang direncanakan sesuai atau tidak pada usia beton 28 hari. Pada
mesin uji tekan, benda uji akan diletakkan dan diberikan beban sampai runtuh
atau pada beban maksimum kerja. Kuat tekan beton dapat dihitung dengan persamaan
berikut ini:
Dimana:
P = gaya maksimum dari mesin uji tekan (N)
A
= luas penampang yang diberi tekanan (mm2)
fc’
= kuat tekan beton (N/mm2)
m =
massa beban maksimum (kg)
g = percepatan gravitasi (9,8 m/s2).
2.5 Pola
Retak Yang Terjadi Saat Pengujian Kuat Tekan
pola retak dapat di lihat setelah di lakukan pengujian kuat tekan,
terjadinya pola retak di sebabkan adanya gaya tekan daro atas ke bawah pada
saat pengujian benda uji. Pola retak pada beton dapat dibedakan menjadi 5 (SNI,
1974), yaitu:
1.
Pola retak kerucut (Cone);
2.
Pola retal kerucut dan pecah (Cone
and split);
3.
Pola retak kerucut dan geser (Cone
and shear);
4.
pola retak geser (Shear);
5.
pola retak Columnar
bentuk pola retak lebih jelasnya dapat di lihat pada
gambar 2.2 di bawah ini.
2.6 Pasir
Pozzolan
Alchaar and Alkadi (2016) dan Bouyahayaoui et al (2018)
seluruhnya berpendapat bahwa pasir pozzolan dihasilkan dari alam yaitu dari
hasil sedimentasi gunung berapi yang berbentuk seperti pasir yang berwarna
coklat. Pasir pozzolan ini mengandung senyawa silika dan alumina seperti
terkandung didalam semen sehingga diharapkan dapat meningkatkan rekatan antar
partikel beton.
2.7 Analisa Data
Pengujian
Analisa data penelitian dilakukan dengan membandingkan
nilai kuat tekan setiap beton, f’c yang dihasilkan dengan penggunaan
beton daur ulang dan pasir pozzolan sebagai agregat halus pada beton normal.
Campuran yang digunakan yaitu dengan persentase RAC : Pz adalah 25% : 75% ; 50%
: 50% dan 75% : 25% untuk masing-masing campuran.
Kiana dan Saelan
(2012) menyatakan bahwa kuat tekan yang digunakan dalam merencanakan beton
adalah kuat tekan karakteristik yaitu kuat tekan rencana beton dimana kuat
tekan lain yang lebih rendah dari kuat rencana ini sebanyak 5%. Dalam
perencanaan campuran beton, standar deviasi atau penyimpangan baku harus
ditentukan dahulu, kemudian menentukan tekan rencana rata-rata untuk mencapai
kuat tekan karakteristik. Standar deviasi dihitung dengan persamaan berikut:
Dimana:
S =
standar deviasi (kg/cm2)
Xi =
besarnya data ke-i (kg/cm2)
n =
jumlah benda uji
Menurut
(Troxell, 1968) yang di kutip oleh (Ibnu, 2011), Cv adalah koefesien ragam
sampel, yang di hitung dengan persamaan 2.7.
Dimana :
Cv = koefisien ragam sampel (%);
S = deviasi standar (kg/cm²); dan
Klasifikasi
untuk mutu pelaksanaan pekerjaan peneletian di laboratorium menurut Troxell,
1968) dalam (Ibnu, 2011) adalah:
Cv≤5% adalah
sangat baik.
5% < Cv ≤ 7% adalah baik.
7% < Cv ≤ 10% sedang.
Cv > 10% kurang baik.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Untuk mendapatkan hasil penelitian
yang baik, maka harus dilakukan dengan metode yang baik pula. Tahapan
penelitian ini dimulai dengan studi literatur, persiapan alat dan bahan,
perencanaan campuran, pembuatan benda uji, pengujian slump, perawatan
benda uji, pengujian kuat tekan beton serta pengambilan data dan analisis data
untuk mendapatkan kesimpulan hasil penelitian.
Komentar
Posting Komentar