ANALISIS KEKUATAN PLAT LANTAI JEMBATAN MENGGUNAKAN PROGRAM SAP 2000 V22
1.1 Latar Belakang
Jembatan merupakan suatu bangunan yang dipergunakan
untuk melintasi lalu lintas dari rintangan yang berupa sungai ataupun saluran
air, lembah, jurang danau dan jalan raya ataupun jalan kereta api, untuk
mendukung kelancaran arus lalu lintas barang dan jasa dalam rangka percepatan
pertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga lingkungan serta mendukung terwujudnya
sistem transportasi jalan yang handal, kapasitas mencukupi, tertib, teratur, lancar,
cepat, tepat, selamat, aman dan nyaman. Jembatan harus direncanakan dengan
menggunakan jenis struktur dan bahan konstruksi yang tepat sehingga dicapai
optimalisasi perencanaan sesuai dengan fungsinya. Jembatan Pangwa Kec.
Trienggadeng Kab. Pidie Jaya mempunyai bangunan atas (upper structure)
menggunakan rangka baja yang terdiri dari batang-batang yang dihubungkan dengan
hubungan gusset plate / buhul sehingga membentuk rangka segitiga yang di
desain untuk menahan tegangan akibat dari gaya tarik, gaya tekan atau kombinasi
keduanya jika terkena beban-beban dinamis.
Jembatan Pangwa
menghubungkan antara Kec. Trienggadeng dengan Kec. Meureudu, dengan panjang
bentang 60 meter dan lebar 9 meter. Permasalahan yang akan dibahas disini
adalah penulis akan mengevaluasi kembali plat lantai jembatan Pangwa terkait
penurunan mutu beton dengan panjang bentang 60 meter, lebar lantai jembatan 7
meter dan 2 x 1 meter trotoar. Telah diketahui bahwa pada saat pembangunan
jembatan Pangwa, khusus terhadap kualitas mutu beton pada plat lantai jembatan
tidak sesuai, sehingga tidak memenuhi syarat spesifikasi dan berpotensi
terjadinya total los terhadap volume pekerjaan. Dari beberapa sampel yang di
uji, masing-masing bagian tepi dan tengah plat lantai jembatan tidak ada satupun
yang memenuhi persyaratan di dalam kontrak, yaitu fc’ 30 MPa.
Pada awalnya
jembatan Pangwa ini direncanakan mutu beton untuk plat lantai fc’ 30 MPa, untuk
tulangan yang direncanakan dengan baja ulir mutu baja fy = 320 MPa dan baja
polos dengan mutu fy = 240 MPa. Namun dalam pelaksanaannya terjadi penurunan
fisik konstruksi mutu beton pada plat lantainya. Berdasarkan hasil uji kuat
tekan beton realnya di peroleh mutu f’’c = 18,8 MPa.
1.2
Perumusan Masalahan
Berdasarkan uraian latar belakang maka rumusan masalah yang ditinjau, yaitu:
1. Evaluasi tingkat keamanan plat lantai jembatan terkait penurunan mutu beton plat lantai dan berdasarkan beton mutu aktual, dari 30 MPa ke 18.8 MPa pada jembatan Pangwa.
2. Analisis kembali rasio keamanan plat lantai jembatan Pangwa dengan menggunakan program SAP 2000 V22.
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan dari peninjauan plat lantai jembatan Pangwa, yaitu:
1. Mengetahui besarnya perbandingan nilai keamanan antara mutu beton plat lantai 30 MPa dengan 18.8 MPa.
2. Cara mengetahui tingkat keamanan struktur plat lantai jembatan Pangwa.
1.4
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian yang akan
ditinjau dalam struktur jembatan yang meliputi beton plat lantai jembatan,
yaitu:
1. Pembebanan
plat lantai kendaraan jembatan merujuk kepada standar pembebanan untuk jembatan
(SNI 1725:2016), dengan sistem plat lantai satu arah.
2. Mutu
plat lantai dihitung untuk dua kondisi, yaitu mutu desain fc’ 30 MPa dan mutu
actual 18,8 MPa. Sedangkan untuk tulangan yang direncanakan dengan baja ulir
mutu baja fy = 320 MPa dan baja polos dengan mutu fy = 240 MPa.
1.5
Manfaat Penelitian
1. Dapat menjadi masukan bagi para perencana struktur jembatan tentang evaluasi kapasitas plat lantai menggunakan SAP 2000 V22 untuk jembatan jalan raya yang berpedoman menurut SNI 1725:2016.
2. Dapat menjadi sebagai second opinion terhadap perkuatan struktur plat lantai jembatan yang telah ada serta menjamin keamanan bagi pengguna bangunan.
II.
TINJAUAN
KEPUSTAKAAN
Tinjauan kepustakaan ini bertujuan
untuk membentuk kerangka teori dan sebagai dasar dalam menentukan metode –
metode penyelesaian yang berisi tentang teori – teori dan rumus – rumus yang
berhubungan dengan permasalahan yang akan ditinjau.
2.1
Plat Beton Bertulang
Irawan, et al (2016) mengatakan
bahwa yang di maksud dengan plat beton bertulang yaitu struktur tipis yang di
buat dari beton bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal dan bekerja
tegak lurus yang berfungsi sebagai diafragma pengaku horizontal. Sistem
perencanaan tulangan plat pada dasarnya dibagi menjadi 2 macam yaitu plat satu
arah (one way slab) dan sistem perencanaan plat dengan tulangan pokok
dua arah yang disebut plat dua arah (two way slab). Pelat satu arah
adalah pelat beton yang didukung hanya pada dua sisi
tumpuan yang berlawanan, sehingga akan terjadinya
defleksi atau lendutan pada pelat dalam arah tegak lurus dari sisi tumpuan. Maka
beban yang bekerja pada pelat akan didistribusikan oleh pelat dalam satu arah
yang menuju ke arah dua sisi tumpuan. Jika pelat bertumpu pada empat sisi
tumpuan, tetapi dengan rasio panjang terhadap lebar nilainya sama dengan 2 atau
lebih besar (L/W ≥ 2), maka reaksi beban akan lebih banyak didistrubusi ke arah
bentang yang lebih pendek, maka pelat tersebut bisa diklasifikasikan sebagai
pelat satu arah.
Menurut Asroni, A, (2010)
ada beberapa fungsi plat lantai, dibawah ini adalah beberapa fungsi dari plat
lantai yaitu.
1. Pembatas
antara lantai atas dan lantai bawah.
2. Tempat
menginjak penghuni untuk di lantai atas.
3. Peredam
suara dari lantai atas maupun lantai bawah.
4. Sebagai
pengkaku konstruksi pada bidang horizontal.
Menurut Mulyono (2003).
Konstruksi untuk pelat lantai dapat dibuat dari tiga penyusun utama, seperti semen,
agregat dan air, untuk bahan pencapurannya terdiri dari semen, air, agregat dan
bahan tambahan. Dalam penelitian ini material yang digunakan untuk pelat lantai
adalah beton. Beton didefinisikan sebagai “sebagai campuran antara semen
portland atau semen hidraulik yang lain, agregat kasar dan air, dengan atau
tanpa bahan tambahan membentuk massa padat”. Beton memiliki kuat tekan yang
tinggi namun kuat tarik yang lemah.
Saifuddin, M.I, (2012)
mengatakan bahwa beton merupakan suatu elemen struktur yang terdiri dari
partikel-partikel agregat yang dilekatkan oleh pasta yang terbuat dari semen
portland dan air. Pasta itu mengisi ruang-ruang kosong di antara
partikel-partikel agregat dan setelah beton segar dicorkan, ia akan mengeras
sebagai akibat dari reaksi-reaksi kimia eksotermis antara semen dan air
sehingga membentuk suatu bahan struktur yang padat dan dapat tahan lama.
Pendapat lain juga di
kemukakan oleh Irawan, et al (2016) bahwa beton merupakan campuran dari pasir,
kerikil, batu pecah atau agregat lain yang dicampur dengan suatu pasta semen
dan air yang membentuk massa seperti batuan. Terkadang, ditambahkan bahan
aditif untuk hasil beton dengan karakteristik tertentu.
Budiarto, et al (2020)
mengatakan bahwa Jembatan adalah suatu konstruksi yang berguna untuk meneruskan
jalan melalui rintangan yang lebih rendah berupa jalan air maupun jalan lalu
lintas biasa.
Pendapat lain
di kemukakan juga oleh Azwaruddin (2008) bahwa pengertian jembatan secara umum
adalah suatu struktur konstruksi yang memungkinkan untuk rute atau jalur
transportasi melalui sungai danau, kali, jalan raya, jalan Kereta Api (KA).
Jembatan adalah jenis bangunan yang apabila akan dilakukan perubahan
konstruksi, tidak dapat dimodifikasi secara mudah, biaya yang diperlukan
relatif mahal. Jembatan dibangun dengan umur rencana 100 tahun untuk jembatan
besar, minimum dapat digunakan 50 tahun.
Secara umum
struktur jembatan dapat dibedakan menjadi
dua bagian yaitu
struktur atas dan struktur
bawah. Ilustrasi struktur jembatan ditunjukkan pada Gambar 2.1 dibawah ini.
2.5 Pembebanan
Berdasarkan
SNI 1725-2016, utuk menganalisis jembatan perlu memperhitungkan beban-beban
yang akan terjadi. Beban-beban yang akan diterima harus direncanakan sesuai
standar yang ada karena dapat mempengaruhi struktur jembatan. Pembebanan dalam
perencanaan jembatan di Indonesia mengacu pada Standar Pembebanan Untuk
Jembatan. Aksi -aksi (beban, perpindahan dan pengaruh lainnya) dikelompokkan
menurut sumbernya, antara lain adalah, aksi tetap, aksi sementara (beban lalu
lintas), aksi lingkungan dan aksi-aksi lainnya.
2.1.1 Aksi
Tetap (Permanent Actions)
Aksi tetap merupakan beban permanen yang diterima oleh
struktur jembatan selama masa layan. Aksi tetap terdiri atas berat sendiri
struktur dan beban mati tambahan.
1.
Berat Sendiri (MS)
Berat sendiri adalah berat bahan dan
bagian jembatan yang merupakan elemen struktur,
ditambah dengan elemen non
struktur yang dianggap
tetap. Tabel berat isi untuk beban mati dapat dilihat pada lampiran B.2.1 halaman 35.
Berat sendiri (MS) dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
QMS = b . h
. wc......................................................................................... (2.1)
Di mana :
b = lebar
plat lantai yang ditinjau (m)
h =
tebal plat yang ditinjau (m)
Wc = berat jenis beton (KN/m3 )
1.
Berat Mati Tambahan (MA)
Beban mati tambahan adalah berat seluruh bahan yang
membentuk suatu beban pada jembatan yang merupakan elemen non struktural dan
besarnya dapat berubah selama umur jembatan. Beban mati contohnya dapat berupa
lapisan kembali permukaan aspal (overlay) setebal 50 mm dengan γ aspal
sebesar 25 kN/m3. Tabel faktor beban untuk beban mati tambahan dapat dilihat pada lampiran B.2.2 halaman 35.
2.1.2 Aksi
Sementara (Transieny Actions)
Aksi sementara (transient
action) adalah aksi akibat pembebanan sementara
dan bersifat berulang-ulang. Berikut yang
termasuk dalam aksi sementara adalah :
1.
Beban Lajur “D”
Beban lajur “D” adalah susunan beban pada setiap jalur lalu lintas yang terdiri dari beban terbagi rata sebesar q kPa dan beban garis “p”. Besarnya intensitas p adalah 49,0 kN/m. Besar beban q tergantung pada panjang total L yang dibebani dan dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
untuk L ≤ 30 m, maka q = 9,0 kPa .......................................................... (2.2)
untuk
L > 30 m, maka q = 9,0 (0,5 +
Di mana :
q = intensitas
beban terbagi rata (BTR) dalam arah memanjang jembatan
(kPa)
L = panjang
total jembatan yang dibebani (meter)
Tabel faktor beban untuk beban lajur “D” dapat dilihat pada lampiran B.2.3 halaman 35. Penyebaran beban lajur
“D” dapat dilihat pada Gambar 2.2 sebagai berikut.
2.
Beban Truk “T”
Beban
hidup pada lantai jembatan berupa beban roda ganda oleh truk (beban T), yang besarnya (T = 100
kN) dan nilai Faktor Beban Dinamis untuk Pembebanan truk diambil, 30% harga FBD
yang dihitung digunakan pada seluruh bagan bangunan yang berada diatas
permukaan tanah. Tabel faktor beban untuk beban Truk “T” dapat dilihat pada lampiran B.2.4 halaman 36. Beban truk (T) dapat dihitung menggunakan
persamaan sebagai berikut :
Beban
Truk “ T” ( PTT ) = ( 1 + DLA ) *T …………………................ (2.4)
Pembebanan
truk “T” terdiri atas kendaraan truk semi trailer yang mempunyai susunan dan
berat gandar seperti terlihat pada Gambar 2.3 berikut
2.1.3 Aksi
Lingkungan
SNI 1725-2016
mengatakan bahwa pada aksi lingkungan, besarnya beban rencana yang diberikan dalam
standar ini dihitung berdasarkan analisis statistik dari kejadian-kejadian umum
yang tercatat tanpa memperhitungkan hal khusus yang mungkin akan memperbesar
pengaruh setempat..
1.
Beban Angin (EW)
Beban garis merata
tambahan arah horizontal pada permukaan lantai jembatan akibat angin meniup
kendaraan diatas jembatan dihitung dengan rumus:
TEW = 0,002 . CW . ( VW )2 …………………........................................... (2.5)
Di mana :
Cw = Koefesien
seret ( RSNI 2005 )
Vw = Kecepatan angin rencana
Transfer beban angin ke lantai kendaraan:
PEW = 0,5 . ( h/x ) . TEW …………………............................................... (2.6)
2.1.4 Analisis Perhitungan Plat
Lantai
RSNI T-12 (2004)
mengatakan. Dalam
perencanaan tebal minimum pelat lantai (ts) harus memenuhi kedua ketentuan.
Plat lantai merupakan bagian dari suatu konstruksi jembatan yang letaknya
dibagian atas jembatan. Adapun dalam membangun jembatan perlu kiranya juga
direncanakan plat lantai agar didapat ukuran yang sesuai dan tahan terhadap
beban-beban yang bekerja diatasnya, sehingga didapat suatu plat lantai yang
aman dan kokoh untuk jembatan tersebut.
2.1.5 Momen
Pada Slab Lantai Kendaraan
Momen pada slab lantai kendaraan di bagi dalam beberapa
bahagian. Berikut pembagian momen pada slab lantai kendaraan beserta rumusnya.
a.
Akibat beban sendiri (QMS)
Gambar untuk diagram persamaan tiga momen
berat sendiri dapat dilihat pada lampiran A.2.1 pada halaman 33.
Momen tumpuan maksimum =
1/12 QMS S2 …………………............... (2.7)
Momen
lapangan maksimum = 1/24 QMS S2 …………………............... (2.8)
b.
Akibat beban mati
tambahan (QMA)
Gambar untuk diagram persamaan tiga momen beban mati tambahan
dapat dilihat pada lampiran A.2.2 pada halaman 33.
Momen tumpuan maksimum =
5/48 QMA S2 …………………............... (2.9)
Momen
lapangan maksimum = 5/96 QMA S2 …………………............ (2.10)
c.
Akibat beban truk (T) dan
angin (PEW)
Gambar untuk diagram persamaan tiga momen beban T dan EW
dapat dilihat pada lampiran A.2.3 pada halaman 34.
Momen
tumpuan maksimum = 5/32 PEW S …………………............. (2.11)
Momen
lapangan maksimum = 9/64 PEW S …………………............ (2.12)
2.1.6 Analisa Kapasitas Plat
Lantai Jembatan
RSNI T-12 (2004) Lantai jembatan merupakan pelat lantai
beton yang berfungsi sebagai lantai kendaraan. Dalam perencanaan tebal minimum
pelat lantai (ts) harus memenuhi kedua ketentuan:
ts ≥ 200 mm ......................................................................................... (2.13)
ts
≥ (100 + 40 l) mm............................................................................. (2.14)
Di mana :
I = bentang
pelat diukur dari pusat ke pusat tumpuan (m)
ts = tebal minimum pelat lantai (mm)
Tulangan
minimum harus dipasang untuk menahan tegangan tarik utama dengan rumus sebagai
berikut: 𝐴𝑠
𝑏.𝑑
= 1,0 𝑓𝑦
(3-14) Keterangan:
Di mana :
As = luas tulangan
tarik (mm2 )
b = lebar dari muka tekanan komponen struktur (mm)
d = jarak dari seret tanah terluar ke pusat tulangan tarik (mm)
fy = tegengan leleh tulangan yang disyaratkan (MPa)
2.1.7 Perancangan Terhadap
Lentur
RSNI T-12 (2004), tentang
perencanaan struktur beton untuk jembatan, faktor reduksi kekuatan untuk
perencanaan lentur adalah 0,8. Tebal minimum pelat lantai (ts) harus
memenuhi kedua ketentuan, yaitu ts ≥ 200 mm dan ts ≥ (100+40.l)
mm, di mana (l) merupakan bentang pelat yang diukur dari pisat ke pusat
tumpuan dalam meter.
Untuk menentukan luas
tulangan tarik dan tekan pada pelat lantai jembatan terhadap lentur harus
memenuhi persyaratan perencanaan kekuatan pelat terhadap lentur (Mu ≤ ∅ Mn) baik untuk
tulangan tunggal maupun tulangan rangkap (tarik dan tekan). Diagram gaya-gaya
regangan beton bertulang ganda dapat dilihat pada Gambar 2.5 dibawah ini.
Di mana:
h = tinggi balok (mm)
b = lebar balok (mm)
c = garis netral (mm)
εc = regangan beton
(0,003)
εs = regangan baja
tulangan Tarik
εs’ = regangan baja
tulangan tekan
Cc = gaya tekan beton (N)
Cc’ = gaya tekan baja tulangan tekan
(N)
Ts = gaya tarik baja
tulangan (N)
d = tinggi efektif balok yang ditentukan
dari serat tekan terluar sampai
dengan titik berat tulangan tarik (mm)
d’ = jarak serat tekan terluar
sampai dengan titik berat tulangan tekan
(mm)
As = luas tulangan tarik
(mm2 )
As’ = luas tulangan tekan
(mm2 )
a = tinggi balok tegangan
persegi ekivalen (mm) = β1 x c
Mn = momen nominal penampang (Nmm)
f’c ≤ 30 MPa à
β1 = 0,85
f’c > 30 MPa à
β1 = 0,85 – 0,008 (f’c – 30)
Dari diagram diatas
diasumsikan baja tulangan tekan leleh, maka :
fs’ = fy dan Mu ≤ ∅ Mn
Mu = ∅ [ 0,85 x fc’ x α x b (d –
Maka dengan asumsi semua baja tulangan leleh,
keseimbangan gaya horizontal
Cc + Cs’ = Ts dan 0,85.f’c.a.b + As’.fs’ =
As.fy
α =
Kontrol terhadap
asumsi tulangan tekan leleh ( εs’ ≥ εy )
εs’: c – d’ = εy :
c dan εs’
=
jika tulangan tekan belum leleh (fs’ < fy),
maka besarnya tegangan tulangan tekan. (fs’) = εs’ . Es =
dan besarnya Mu
sebagai berikut:
Mu = ∅ [ 0,85 x fc’ x α x b (d –
dengan nilai α =
2.1.8 Perancangan Terhadap
Geser Pons
Menurut RSNI T-12 (2004),
apabila keruntuhan geser
dapat terjadi di sekitar
tumpuan atau beban terpusat, maka kuat geser
rencana
pelat
lantai
harus diambil ∅ Vn. Nilai tersebut dapat
diambil dengan ketentuan sebagai
berikut.
Pu < ∅ Vno
Pu = 1,8 x PTT
PTT = (
1 + DLA) x 11,25
Vno
= Pn = b’ x d (f cv + 0,3 x fpe ).................................................... (2.19)
Fcv :
Di
mana :
Pno = kuat geser
dari suatu pelat lantai
b’... =
Panjang efektif dari garis keliling geser kritis
fpei = tegangan tekan dalam beton akibat gaya
prategang efektif
Gaya
geser pons adalah gaya yang terjadi akibat adanya beban truk pada roda yang
dipikul oleh lantai jembatan (lapis perkerasan). Bagian roda truk yang
bersentuhan dengan lapis perkerasan disebut bidang geser. Besar nilai beban
ultimit roda truk pada slab tidak boleh lebih besar dari nilai gaya geser pons
nominal dikalikan dengan faktor reduksi
kekuatan geser, untuk
mencegah keretakan yang dapat terjadi
pada slab lantai jembatan (lapis perkerasan).
Berikut tahapan
perhitungan kontrol tegangan geser pons:
1. Bidang
geser pons
u
= a + 2 ta + h.............................................................................. (2.21)
v
= b + 2ta + h............................................................................... (2.22)
2. Luas
bidang geser
Av
= 2(u + h)................................................................................ (2.23)
3. Gaya
geser pons nominal
Pn
= (Av . Pn)............................................................................... (2.24)
4. Beban
ultimit roda truk pada slab
Pu = KTT .PTT (syarat,
Pu < Φ Pn à
aman)
2.1.9 Program SAP 2000
Menurut Computers and
Structure, Inc. (2015) bahwa Program SAP 2000 merupakan pengembangan program
SAP yang di buat oleh Prof. Edward L. Wilson dari university of California at
Berkeley, US sekitar tahun 1971. Untuk melayani keperluan komersial dari
program SAP, pada tahun 1975 di bentuk perusahaan Computer & Stucture, Inc,
dipimpin oleh Ashraf Habibullah,di mana perusahaan tersebut sampai saat ini
masih tetap eksis dan berkembang.
SAP 2000 menyediakan
beberapa pilihan. Antara lain membuat model struktur baru, memodifikasi dan
merancang element struktur. Hal-hal tersebut dapat dilakukan melalui user
interface yang sama. Program ini dirancang sangat interaktif, sehingga
beberapa hal dapat dilakukan, misalnya mengontrol kondisi tegangan pada elemen
struktur, mengubah dimensi batang, dan mengganti peraturan perancangan tanpa
harus mengulang analisis struktur. Dalam pembahasan menggunakan SAP 2000 V22
model analisis static dengan tinjauan secara 3 dimensi. SAP 2000 V22 mempunyai
beberapa langkah kerja dalam menjalankan aplikasi ini, yaitu:
1. Pengimputan
model yang mempunyai beberapa perintah untuk membuat model baru atau desain
gambar yang akan dijadikan sebagai acuan dasar.
2. Analizys
model pada analisa data dari input model yang menyediakan emapat jenis analisa
seperti space frame, plane frame, plane grid dan space truss.
3. Output
data keluaran dari proses pengimputan model dan analizys model yang berupa data
deformasi, reaksi, gaya, tegangan dan lainnya.
III. METODOLOGI PENELITIAN
Komentar
Posting Komentar